Kamis, 24 Agustus 2017

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PRIA DAN WANITA DEWASA DI BOGOR.

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK
DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PRIA DAN WANITA
DEWASA DI BOGOR.

 
PENDAHULUAN
Hiperkolesterolemia dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskuler.
Hiperkolestrolemia adalah suatu kondisi di mana kadar kolesterol darah melebihi 250 mg/dl.
Prevalensi hiperkolestrolemia di Indonesia rentang umur 25-65 tahun menurut Survei
Konsumsi Rumah Tangga (SKRT) 2004 adalah sebesar 1,5% dan prevalensi batas tinggi
(kadar kolesterol darah 200-249 mg/dl) adalah sebesar 11,2%. Kelompok batas tinggi dapat
menjadi hiperkolesterolemia apabila tidak menjaga pola hidup sehat dan seimbang. Kadar
kolesterol darah dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya adalah konsumsi pangan dan
aktivitas fisik. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara
konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan kadar kolesterol darah. Adapun tujuan khusus
penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar kolesterol
darah yang meliputi asupan lemak, karbohidrat, protein, kolesterol, asupan serat pangan,
aktivitas fisik dan jenis kelamin.

METODE
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian dimulai pada bulan Juli
hingga Oktober 2012. Lokasi penelitian bertempat di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor.
Jumlah subjek penelitian ini dihitung berdasarkan rumus perhitungan subjek minimal
penelitian cross sectionaldengan mempertimbangkan prevalensi kadar kolesterol batas tinggi
pada rentang usia 25-64 tahun sebesar 11,2%. Subjek tersebut merupakan bagian dari subjek
penelitian payung. Data sekunder terdiri dari data status gizi, kadar kolesterol darah dan
sebagian data konsumsi pangan. Asupan energi, serat dan zat gizi (karbohidrat, protein dan
lemak) diolah berdasarkan data recall 2×24 jam dengan menggunakan Daftar Komposisi
Bahan Makanan (DKBM) sebagai database. Asupan serat makanan dihitung berdasarkan
Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI), dan digunakan pula software Nutrisurvey 2007
karena terdapat beberapa pangan yang tidak diketahui kandungan serat pangannya dalam
TKPI. Jumlah asupan kolesterol yang berasal dari makanan diolah berdasarkan data FFQ
selama satu bulan terakhir dengan menggunakan database kandungan kolesterol pada
beberapa bahan pangan. Kebutuhan energi dihitung dengan mempertimbangkan kebutuhan
energi metabolisme basal (AMB) dan aktifitas fisik. AMB dihitung dengan persamaan Harris
Benedict. Pengukuran tingkat aktivitas fisik (Physical Activity Level/PAL) dilakukan dengan
recall aktivitas fisik satu hari (24jam). Uji beda t (Independent Samples T-test) digunakan
untuk menganalisis perbedaan antara beberapa variabel pada penelitian ini. Variabel aktivitas
fisik, asupan karbohidrat, protein, lemak, serat dan kolesterol dihubungkan dengan kadar
kolesterol darah denan menggunakan uji regresi linear ganda stepwise dua
peubah dummy (wilayah dan jenis kelamin).

HASIL
Sebaran subjek berdasarkan tingkat aktivitas fisik menunjukkan hasil sebesar (p>0.05).
Sebagian besar subjek status gizi di kabupaten maupun kota tergolong dalam status gizi
normal. Sebagian besar subjek memiliki kadar kolesterol darah normal dan tidak ditemukan
subjek hiperkolesterolemia. Tetapi pada hasil uji beda t-test menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kadar kolesterol darah yang nyata antara subjek pria dan wanita (p<0.05), dengan
kadar kolesterol darah pria lebih tinggi. Konsumsi pangan rata-rata digunakan untuk
menghitung asupan zat gizi dan asupan non gizi. Secara total, asupan zat gizi dan non gizi
pada subjek pria lebih tinggi dibanding subjek wanita. Pada hasil uji t-test menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan asupan zat gizi dan non gizi yang signifikan berdasarkan jenis
kelamin (p>0.05). Tingkat kecukupan dan kategori asupan zat gizi dan non gizi asupan
karbohidrat defisit (84.37%), asupan lemak tergolong normal (45.32%) tetapi masih terdapat
subjek asupan lemak yang defisit (14.07%), asupan protein defisit (70.32%) dan tingkat
kecukupan energi sebagian besar subjek dalam kategori defisit berat (46.88%). Konsumsi
pangan yang mengandung kolesterol pada subjek digolongkan menjadi beberapa kelompok
jenis pangan. Variabel aktifitas fisik, asupan karbohidrat, protein, lemak, serat dan kolesterol
diuji hubungan fungsionalnya dengan kadar kolesterol darah dengan uji regresi linear
ganda stepwise. Model persamaan terbaik yang didapat dari regresi adalah Y=364.699-
0.299X-1.678X2+0.317X5-112.595X6+35.750 JK. Berdasarkan hasil regresi, asupan protein
tidak berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah (p>0.10) demikian pula dengan
asupan karbohidrat dan asupan kolesterol. Asupan serat pangan tidak berpengaruh nyata
terhadap kadar kolesterol darah pada , tetapi berpengaruh nyata pada . Tingkat aktivitas fisik
berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah (p<0.05). Jenis kelamin juga
memengaruhi kadar kolesterol darah (p<0.05), dengan koefisisen 35.750.

PEMBAHASAN
Aktivitas fisik berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah. Sehingga dapat mengarah pada
penyimpangan energi dan penambahan berat badan, akibatnya akan berpengaruh terhadap
peningkatan kadar kolesterol darah. Status gizi normal disebabkan subjek yang berpartisipasi
dalam penelitian ini juga merupakan subjek dalam penelitian payung dan status gizi subjek
dikategorikan berdasarkan WHO. Hasil uji beda t-test subjek pria adalah perokok sedangkan
subjek wanita tidak ada yang merokok hal ini menyatakan bahwa rokok merupakan salah satu
penyebab radikal bebas yang dapat menurunkan kadar HDL dalam darah sehingga
menyebabkan peningkatan kadar kolesterol pada pria. Konsumsi pangan subjek pria secara
total lebih banyak mengonsumsi kelompok pangan serealia dan snack merupakan sumber
utama karbohidrat. Tingkat kecukupan dan kategori asupan zat gizi dan non gizi yang defisit
akibat asupan lemak, karbohidrat dan protein tidak cukup atau sesuai anjuran. Asupan serat
pangan yang dianjurkan sebesar 25-30 g/hari. Asupan kolesterol subjek dapat ditentukan
setelah mengetahui konsumsi pangan sumber kolesterol subjek dan kadar kolesterol pada
pangan tersebut. Batas anjuran konsumsi kolesterol dalam makanan adalah ≤300 mg/hari.
Salah satu faktor pengaruh asupan serat pangan bahwa lemak yang cenderung meningkatkan
kadar kolesterol darah adalah lemak jenuh dalam bahan pangan. Olahraga secara teratur dapat
menurunkan kadar kolesterol darah secara signifikan dan meningkatkan kadar HDL dalam
darah.

KESIMPULAN
Hasil regersi stepwise menunjukkan bahwa asupan protein tidak berpengaruh nyata terhadap
kadar kolesterol darah (p>0.10), demikian pula dengan asupan karbohidrat dan asupan
kolesterol. Tingkat aktivitas fisik dan jenis kelamin berpengaruh nyata terhadap kadar
kolesterol darah (p<0.05). asupan serat pangan dan asupan lemak berpengaruh nyata terhadap
kadar kolesterol darah (p<0.1). subjek dalam penelitian ini sebagian besar berstatus gizi
normal karena terkait kriteria penelitian payung.

DAFTAR PUSTAKA
Waloya Tunggul, Rimbawan, dan Andarwulan Nuri. 2013. Hubungan Antara Konsumsi
Pangan dan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Kolesterol Darah Pria dan Wanita Dewasa di
Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan. 8(1): 9-16.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar