Kamis, 24 Agustus 2017

IDENTIFIKASI SOMATOTYPE, STATUS GIZI, DAN DIETARY
ATLET REMAJA STOP AND GO SPORTS
 

Diana Pratiwi, Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, Fajri Fitria, Maria Dina Perwita Sari,
Nadia Hanun Narruti, I Nyoman Winata, Fatimah, Marina Dyah Kusumawati
Reviewer:
Lia Nurmilatun Saidah, Universitas Hasanuddin 

PENDAHULUAN 
Stop and go sports merupakan olahraga yang dilakukan secara berkelompok sperti sepak
bola, volley, basket dan permainan umum lainnya. Kelelahan akibat durasi permainan yang
panjang dengan intensitas gerakan cepat dan tiba-tiba menjadi masalah yang paling umum
terjadi pada atlet stop and go sports. Bersama dengan latihan yang intensif, asupan yang
adekuat dapat membentuk somatotype yang juga dapat membantu performa. Tujuan
penelitian ini adalah mengidentifikasi somatotype serta mengevaluasi asupan makanan dan
minuman atlet remaja kategori stop and go sports di Wisma Atlet Ragunan, Jakarta,
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.
 

METODE
 Sebuah studi deskriptif kuantitatif dilakukan untuk mengkaji somatotype, komposisi tubuh
serta mengevaluasi status gizi dan asupan makanan-minuman suatu kelompok atlet stop and
go sports. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015, diikuti atlet kategori cabang
olahraga stop and go sports ini terdiri atas sepuluh atlet basket (14-18 tahun), 14 atlet sepak
bola (14-18 tahun), dan empat atlet volley (14-16 tahun). Proses pengambilan data penelitian
melibatkan dua macam pengukuran, yaitu pengukuran antropometri dan somatotype serta

pengukuran asupan makanan dan cairan. Pengukuran antropometri yang dilakukan meliputi
pengukuran tinggi badan, berat badan, pengukuran skinfolddi lima titik (biceps, triceps,
suprailliaca, subscapula, dan betis), lingkar lengan tegang, lingkar betis, dan pengukuran
lebar tulang di dua titik (humerus dan femur). Komponen tersebut merupakan komponen
yang diperlukan dalam penentuan somatotype. Seluruh pengukuran tersebut dilakukan dalam
tiga kali pengukuran, kecuali pengukuran berat badan.
 

HASIL
 Tabel 1 menunjukkan data hasil pengukuran antropometri dan status gizi pada atlet
basket, sepak bola dan volley atau kategori stop and go sports. Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa rerata berat badan atlet basket lebih tinggi daripada atlet volley dan sepak
bola. Akan tetapi, atlet basket memiliki rerata tinggi badan paling rendah dari atlet volley dan
sepak bola. Rerata indeks massa tubuh (IMT) tertinggi ada pada atlet basket, sedangkan IMT
terendah ada pada atlet sepak bola.

http://www.ilmagiindonesia.org/wp-content/uploads/2016/10/Tabel-1-Lia.jpgBerdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa rerata somatotypeatlet volley ini adalah central (2,8-
2,4-2,8).

http://www.ilmagiindonesia.org/wp-content/uploads/2016/10/Tabel-2-Lia.jpgTabel 3 menunjukkan bahwa pemenuhan asupan tertinggi pada cabang olahraga
basket adalah asupan lemak, diikuti asupan energi, asupan karbohidrat, dan asupan protein.
Pemenuhan asupan tertinggi pada cabang olahraga sepak bola adalah asupan lemak, diikuti
asupan protein, asupan energi, dan asupan karbohidrat. Pada atlet volley, pemenuhan asupan

tertingginya pada asupan lemak, diikuti asupan energi, asupan protein, dan asupan
karbohidrat.

http://www.ilmagiindonesia.org/wp-content/uploads/2016/10/Tabel-3-Lia.jpgTabel 4 menunjukkan gambaran umum asupan zat gizi mikro dan belum dapat menunjukkan
asupan spesifik masing-masing zat gizi. Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan
adalah food recall 24 hours. Rerata asupan zat gizi mikro pada semua atlet sudah memenuhi
50-100% AKG, kecuali beberapa asupan yang belum memenuhi 50% AKG yaitu kalsium,
asam folat, serat, dan vitamin D pada atlet basket, asam folat, serat, dan vitamin C pada atlet
sepak bola, kalsium, serat, dan vitamin D pada atlet volley.

http://www.ilmagiindonesia.org/wp-content/uploads/2016/10/Tabel-4-Lia.jpgBerdasarkan Tabel 5 rerata asupan cairan dari minuman atlet basket (3225±1286 ml) lebih
banyak dari atlet volley (3200±2333 ml) dan sepak bola (2500±1215 ml). Keseluruhan atlet
(100%), baik basket, sepak bola, maupun volley mengkonsumsi air mineral, susu, susu
fermentasi, yoghurt, eskrim, dan minuman tak berkarbonasi mengandung gula. Lebih dari
50% atlet stop and go sports mengkonsumsi minuman isotonis.
http://www.ilmagiindonesia.org/wp-content/uploads/2016/10/Tabel-5-Lia.jpg
PEMBAHASAN
 Somatotype atau bentuk tubuh adalah keadaan tubuh dari seseorang yang sangat
menentukan aktivitas fisik terhadap suatu cabang olahraga tertentu (Heath, 2005). Setiap
cabang olahraga memiliki area dan pola permainan yang berbeda, sehingga pemain harus
disesuaikan dengan tipe tubuh agar mampu bersaing di lapangan dan mampu melawan bentuk
permainan yang berbeda.
Berdasarkan pengukuran somatotype, rerata somatotype pada atlet basket adalah 4,2-3,4-1,4
yang tergolong mesomorphic endomorphdengan kecenderungan endomorphy yang lebih
dominan dan mesomorphyyang lebih besar dari ectomorph. Hasil tersebut kurang sesuai
dengan penelitian Erculj & Bracic (2014) yang menyatakan bahwa somatotype untuk atlet
basket perempuan di Eropa usia 14-15 tahun adalah ectomorphic endomorph (3,6-3,0-3,4).
Akan tetapi, terdapat 3 atlet basket yang memiliki somatotype mesomorph endomorph.
Jenis somatotype tersebut sesuai dengan somatotype atlet basket perempuan dewasa di
Yunani yaitu mesomorph endomorph (3,7-3,2-2,4) (Bayios, 2006).

Kebutuhan energi atlet diperhitungkan dari kebutuhan energi basal, aktivitas, dan latihan.
Tambahan energi untuk aktivitas olahraga dan latihan dikalkulasi dengan mempertimbangkan
jenis, durasi, dan frekuensi latihan. Jenis dan jadwal pemberian asupan makanan dan
minuman yang tepat bagi atlet dapat menunjang kemampuan keterampilan saat berlatih dan
bertanding pada olahraga stop and go sports. Pada olahraga stop and go sports sering terjadi
hentakan dan gerakan yang cepat pada serabut otot. Karbohidrat menjadi kunci dari sumber
tenaga pada atlet stop and go sports karena karbohidrat digunakan oleh otot sebagai sumber
kekuatan. Hal yang perlu diperhatikan dalam jenis olahraga ini adalah ketika simpanan
karbohidrat sudah habis maka otot akan mengalami kelelahan dalam waktu cepat. Di samping
itu, pada saat suplai oksigen dalam tubuh tidak tercukupi, maka lemak tidak dapat diubah
menjadi energi. Untuk itu, asupan karbohidrat untuk menggantikan karbohidrat yang telah
digunakan itu sangat penting (Skolnik & Chernus, 2010).
Asupan zat gizi mikro atlet cabang olahraga stop and go sports belum sesuai dengan AKG
untuk kategori umur 10-18 tahun. Kurang atau lebihnya asupan zat gizi mikro juga di
pengaruhi oleh asupan zat mikro secara total dan jenis makanan yang dikonsumsi. Asupan
makan yang kurang, dari segi jenis dan jumlah, akan mempengaruhi asupan zat gizi mikro.
 

KESIMPULAN 
Data asupan makanan dan minuman yang diperoleh dengan metode food recall 24 jam
menggambarkan konsumsi makanan dan minuman selama sehari, sehingga tidak dapat
menggambarkan kebiasaan serta pola makan atlet sehari-hari. Oleh karena itu, studi ini perlu
dikembangkan dengan meneruskan metode
food recall 24 jam selama tiga hari agar dapat mengetahui kebiasaan makan atlet. Meskipun
hasil pengukuran antropometri menunjukkan seluruh atlet dari semua cabang olahraga
berstatus gizi baik, belum seluruh atlet dari seluruh cabang olahraga dapat memenuhi asupan
zat gizi makro dan zat gizi mikro dengan baik. Penanaman pentingnya gizi dan pengaturan
pola makan atlet tetap perlu dilakukan supaya atlet lebih mengerti peran setiap zat gizi dalam
performa olahraga. Selain itu, edukasi terkait eatingdisorderdan citra tubuh perlu diberikan
karena kedua masalah tersebut rentan terjadi pada remaja.
 

DAFTAR PUSTAKA 
Pertiwi, dkk. 2016. Identifikasi Somatotype, Status Gizi, Dan Dietaryatlet Remaja Stop And
Go Sports.
Jurnal KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar